Minggu, 13 Juni 2010

ISCHEMIC HEART DISEASE

I. KASUS

Ny. A (BB 67 kg, TB 160 cm) berkunjung ke Rumah sakit. Beberapa hari ini Ny A mengeluhkan nyeri dada beberapa menit, dada terasa sesak, berkeringat, gelisah jika melakukan pekerjaan rumah tangga, tapi membaik jika beristirahat.

Riwayat penyakit dahulu :- Asma terkontrol

- Hipertensi terkontrol

Riwayat pengobatan dahulu : - Salbutamol 2 mg p.o 3 X sehari

- Prednison 5 mg p.o 3 X sehari

- HCT 25 mg p.o 2 X sehari

Tanda vital

BP : 120/75 mmHg (nilai normal : 140/90 mmHg)

HR : 110x permenit

RR : 22 X permenit

Suhu : 37 oC

Laboratorium

Sodium : 138 mmol/L Normal 135 – 145 mmol/L

Potassium : 4,0 mmol/L Normal 3,5 – 5 mmol/L

Urea : 5,2 mmol/L Normal 2,5 – 6,6 mmol/L

Serum creatinin : 0,9 mg/dl Normal 0,5 – 1,0 mg/dl

Cholesterol :150 mg/dl Normal 110 - 200 mg/dl

Gula darah : 90 mg/dl Normal 70 – 105 mg/dl

( Jenny et al, 1988)

Pertanyaan :

1. Bagaimana penatalaksanaan penyakit pasien tersebut, lakukanlah evaluasi terhadap obat yang diterima pasien.

2. apa saja informasi yang perlu disampaikan pada pasien agar terapi pasien optimal.

II. TUJUAN PENATALAKSANAAN TERAPI

Untuk mengurangi atau mencegah gejala angina yang membatasi kemampuan aktivitas fisik dan memperburuk kualitas hidup. Serta mempertahankan tekanan darah dan asma yang sudah terkontrol.

(Anonim, 2008)

III. DESKRIPSI KASUS DAN ANALISIS KASUS

A. SUBYEKTIF

berat badan 67 kg dengan tiggi badan 160 cm, mengeluh Nyeri dada beberapa menit, dada terasa sesak, berkeringat, gelisah jika melakukan pekerjaan rumah tangga, tapi membaik jika beristirahat.

B. OBYEKTIF

Tanda vital

BP : 120/75 mmHg (nilai normal : 140/90 mmHg)

HR : 110x permenit

RR : 22 X permenit

Suhu : 37 oC

Laboratorium

Sodium : 138 mmol/L Normal 135 – 145 mmol/L

Potassium : 4,0 mmol/L Normal 3,5 – 5 mmol/L

Urea : 5,2 mmol/L Normal 2,5 – 6,6 mmol/L

Serum creatinin : 0,9 mg/dl Normal 0,5 – 1,0 mg/dl

Cholesterol :150 mg/dl Normal 110 - 200 mg/dl

Gula darah : 90 mg/dl Normal 70 – 105 mg/dl

C. ASSESMENT

Angina, hipertensi terkontrol, asma terkontrol

D. PLAN

i. Penetapan tujuan terapi

Untuk mengurangi atau mencegah gejala angina yang membatasi kemampuan aktivitas fisik dan memperburuk kualitas hidup. Serta mempertahankan tekanan darah dan asma yang sudah terkontrol.

IV. PEMILIHAN TERAPI RASIONAL

a. Terapi hipertensi

1. Diuretic : mengurangi volume plasma dan berefek langsung pada arteriol sehingga menurunkan resistensi perifer

2. ACE inhibitor : memecahkan neurotransmitter-noradrenalin dari serabut saraf adrenergic dan menghambat re uptake noradrenalin tersebut serta memecah noradrenalin dari tempat timbunannya pada aliran saraf-adrenergik

3. Angiotensin II receptor blocker : menutup jalur rennin angiotensin, ARb menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT1), reseptor yang memperantai efek angiotensin II.

4. β blocker : β adrenoreseptor “ blocking drugs”, efek depresi sentral, menurunkan cardiac output dan mengurangi produksi renin

b. Terapi angina

1. Senyawa pemblok β-Adrenergik : penurunan denyut jantung, kontraktilitas, dan tekanan darah mengurangi MV02 dan kebutuhan oksigen pada pasien dengan usaha induksi angina.

2. Nitrat: kerja nitrat terlihat dihantarkan secara tidak langsung melalui pengurangan kebutuhan oksigen miokardial sekunder terhadap venodilatasi dan dilatasi arterial-arteioral mengarah pada pengurangan tekanan dinding dari berkurangnya volume ventricular dan tekanan.

3. Kalsium kanal bloker: kerja langsung termasuk vasodilatasi arteriol sistemik dan arteri koroner, mengarah pada pengurangan tekanan diarterial dan tahanan pembuluh darah koroner sebaik penekanan kotraktilitas miokardial dan kecepatan konduksi nodus SA dan AV.

c. Terapi asma

1. Agonis β2: stimulasi reseptor β2 adrenergik mengaktivasi adenil siklase, yang menghasilkan peningkatan AMP siklik intraseluler dan menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi membrane sel mast, dan stimulasi otot skelet.

2. Kortikosteroid : meningkatkan jumlah reseptor β2 adrenergik dan meningkatkan respon reseptor terhadap stimulasi β2 adrenergik, yang mengakibatkan penurunan produksi mucus dan hipersekresi, mengurangi hiperresponsivitas bronkus serta mencegah dan mengembalikan jalur nafas.

3. Metilxantin: menghasilkan bronkodilatasi dengan menginhibisi fosfodiesterase, yang juga dapat menghasilkan antiinflamasi dan aktivitas nonbronkodilatasi lain melalui penurunan pelepasan mediator sel mast, penurunan pelepasan protein dasar eosinofil, penurunan proliferasi limfosit T, penurunan pelepasan sitokin sel T dan penurunan eksudasi plasma.

4. Antikolinergik : menekan tetapi tidak memblok asma yang dipicu alergen atau latihan pada fasion bergantung dosis.

5. Kromolin natrium dan nedokromil natrium : menginhibisi respon terhadap paparan allergen dan bronchospasma diinduksi latihan tetapi tidak menyebabkan bronkodilatasi.

6. Modifikator leukotrien : mengurangi proinflamasi (peningkatan permeabilitas mikrovaskular dan edema jalur udara) dan efek bronkokonstriksi leukotrien D4.

7. Kombinasi terapi pengotrol : onset cepat, sehingga dapat mengurangi dosis kortikosteroid hingga 50% pada pasien asma persisten.

8. Omalizumab : merupakan antibody anti-IgE yang digunakan untuk pengobatan asma yang tidak dapat ditangani dengan baik oleh kortikosteroid hirup dosis tinggi.

9. Methotreksat : mengurangi dosis kortikosteroid sistemik pada pasien dengan asma parah akut bergantung steroid.

(Anonim, 2008)

V. EVALUASI TERAPI TERPILIH

  1. Farmakologi :
  1. Obat terpilih asma : golongan Agonis β2 karena merupakan bronkodilator yang paling efektif.

Obat yang dipilih adalah

Salbutamol ( 2 mg)

Indikasi : sebagai bronkodilator pada semua jenis asma bronchial, bronchitis asmatis dan emfisema pulmonum.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, pemakaian bersama β bloker

Dosis : 3 tablet sehari, diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Interaksi obat : efek obat di antagonis oleh propanol dan penghambat β adrenoreseptor lainnya dan ditingkatkan jika diberi bersama dengan xantin.

(Anonim, 2009)

ii. Obat terpilih asma : golongan kortikosteroid karena merupakan bronkodilator yang paling efektif.

Obat yang dipilih adalah

Prednison ( 5 mg)

Indikasi : AR, demam reumatik akut, asma bronchial, alergi dan inflamasi pada kulit.

Kontra Indikasi : TB aktif, ulkus peptikum, herpes simplex mata, infeksi akut, osteoporosis, infeksi jamur sistemik, psikosis atau psikoneurosis berat, vaksin hidup.

Dosis : 3 tablet sehari, setelah makan.

Harga : 5 mg x 1500 tablet Rp. 272.750

Interaksi obat : efektifitas berkurang dengan fenitoin, phenobarb, rifampisin, menurunkan efek diuretic, obat hipoglikemik, antikolenesterase, salisilat.

(Anonim, 2009)

iii. Obat terpilih hipertensi : golongan diuretik karena paling efektif untuk menurunkan tekanan darah.

Obat yang dipilih adalah

Hidroklortiazid ( 25 mg)

Indikasi : diuretika, edema, terapi tambahan pada hipertensi

Kontra Indikasi : anuria, terapi bersama litium, dekompensasi ginjal.

Dosis : 2 tablet sehari setelah makan.

Harga : 25 mg x 250 tablet Rp. 18.040

50 mg x1000 tablet Rp. 28.600

Interaksi obat : dapat meningkatkan toksisitas dari glikosida digitalis, efek hambatan neuromuscular dari pelemas otot, efek antihipertensi peningkatan risiko hipotensi postural dengan alcohol barbiturat, opioid. Efek menekan K ditingkatkan oleh kortikosteroid, ACTH, karbenoksolon.

(Anonim,2009)

iv. Obat terpilih angina : Golongan kalsium kanal bloker karena efektif menurunkan tekanan darah dan mengurangi kebutuhan oksigen miokardial.

Obat yang dipilih adalah

Diltiazem (Cordizem) ( 30 mg)

Indikasi : angina pectoris, meredakan serangan angina pada penderita Variant angina

Kontra Indikasi : Blok AV derajat 2-3, hipotensi, syok kardiogenik.

Dosis : 2 tablet sehari sebelum makan atau sebelum tidur..

Harga : 30 mg x 5 x 10 tablet Rp. 34.100

Interaksi obat : digoksin, β bloker, karbamazepim, anestetik.

(Anonim, 2006)

  1. Non farmakologi:

1. Diet garam

2. Banyak olah raga

3. Banyak istirahat

4. Meningkatkan asupan sayur & buah

5. Pola hidup sehat

VI. MONITORING

  • Subyektif

- Apakah keluhan nyeri dada dan rasa gelisah sudah berkurang, keringat tidak berlebihan saat melakukan pekerjaan rumah tangga?

  • Obyektif

Apakah gejala angina yang membatasi kemampuan aktivitas fisik dan memperburuk kualitas hidup bisa berkurang serta dapat mempertahankan tekanan darah dan asma yang sudah terkontrol?

  • Efek samping obat

- Edema

- Retensi natrium dan cairan

- Sering buang air kecil

VII. INFORMASI YANG PERLU DI SAMPAIKAN KEPADA PASIEN

v Salbutamol

- 1 tablet 2 mg.

- Diminum 3 x sehari diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

v Hydrochlortiazid

- 1 tablet 25 mg

- Diminum 2 x sehari sesudah makan

v Prednison

- 1 tablet 5 mg

- Diminum 3 x sehari sesudah makan

v Diltiazem

- 1 tablet 30 mg

- Diminum 2 x sehari sebelum makan dan sebelum tidur

v Minum obat secara teratur

v Olah raga teratur

v Menghindari stress

v Diet garam dan meningkatkan asupan sayur dan buah

v Istirahat yang cukup

v Untuk obat dengan dosis 1 X sehari sebaiknya obat diminum di pagi hari karena menyebabkan sering buang air kecil.

v Hati-hati jika melakukan olah raga selagi menggunakan hydrochlortiazid karena dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar