Minggu, 13 Juni 2010

ACUTE CORONARY SYNDROME

A. KASUS

Bapak NA (64 tahun ,158 cm, 90 kg) dibawa ke UGD oleh keluarganya segera setelah merasakan sakit yang amat sangat didada bagian tengah, disertai mual, muntah dan keringat dingin. Bapak NA mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

Riwayat pengobatan : aspirin 325 mg /hari

Losartan 50 mg/hari

Hasil pemeriksaan fisik:

BP : 140/90 mmHg

HR : 88 beats/min

Hasil pemeriksaan ECG menunjukan adanya 2-mm ST segment elevation

Nilai troponin I : negatif (tidak ada peningkatan kadar troponin)

SeCr : 1 mg/dl

Di UGD bapak NA segera diberi:

Aspirin 325 mg p.o

Nitrogliserin sublingual 0.4 mg

Clopidogrel 300 mg

Nitrogliserin 5 microgram/min (i.v)

Metoprolol 5mg (i.v)

Diagnosis: ST elevation ACS

Rumah Sakit dimana bapak NA dirawat tidak mempunyai sarana PCI

Pertanyaan

1. Berikan rekomendasi terapi untuk bapak NA

2. Hitung TIMI score Bapak NA

3. Rekomendasikan pengobatan yang harus diberikan untuk Bapak NA pada saat dia pulang dari rumah sakit.

B. TUJUAN PENATALAKSANAAN TERAPI KASUS

Mahasiswa mampu melakukan seleksi terapi obat rasional berdasarkan kondisi pasien pada penyakit acute coronary syndrome, serta monitoring terapi dan konselingnya sesuai perkembangan bidang kesehatan dan kefarmasian terkini.

C. DESKRIPSI DAN ANALISIS KASUS

A. Subjektif

Bapak NA (64 tahun ,158 cm, 90 kg) dibawa ke UGD oleh keluarganya segerasetelah merasakan sakit yang amat sangat didada bagian tengah, disertai mual, muntah dan keringat dingin. Bapak NA mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Riwayat pengobatan : Aspirin 325 mg /hari; Losartan 50 mg/hari.

Riwayat pengobatan Di UGD :

Aspirin 325 mg p.o

Nitrogliserin sublingual 0.4 mg

Clopidogrel 300 mg

Nitrogliserin 5 microgram/min (i.v)

Metoprolol 5mg (i.v)

B. Obyektif

Hasil pemeriksaan fisik:

BP : 140/90 mmHg

HR : 88 beats/min

Hasil pemeriksaan ECG menunjukan adanya 2-mm ST segment elevation

Nilai troponin I : negatif (tidak ada peningkatan kadar troponin)

SeCr : 1 mg/dl

E. PEMILIHAN TERAPI YANG RASIONAL

Pemilihan terapi rasional meliputi :

1. Tepat obat : suatu obat dinyatakan tepat obat berdasarkan pertimbangan manfaat dan keamanan obat tersebut.

2. Tepat indikasi : ketepatan pengobatan berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat diberikan pada suatu kasus tertentu.

3. Tepat pasien : dikatakan tepat pasien jika obat tidak berkontraindikasi dengan kondisi pasien dan tidak riwayat alergi.

4. Tepat dosis : penggunaan obat dikatakan tepat dosis jika sesuai dengan standar pengobatan.

5. Waspada efek samping : paham dan mengerti akan efek samping obat (Sukandar, 2008).

Adapun pendekatan umum yang digunakan untuk terapi Acute Coronary Sindrome terbagi menjadi 2, yaitu :

v Terapi non farmakologi

Penderita ACS sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup, termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat badan, melakukan diet makanan yang diambil DASH ( Dietary Appraches to Stop hypertension ), mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 gram /hari ( 6 gram/ hari NaCl ), melakukan aktivitas fisik seperti aerobik (Sukandar, 2008).

v Terapi farmakologi

Terapi obat yang diberikan untuk terapi pasien ACS dapat diberikan obat golongan :

1. Antiplatelet

Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri dimana antikoagulan kurang dapat berperan. Klopidogrel digunakan untuk mencegah kejadian iskemik pada pasian dengan riwyat gejala penyakit iskemik. Klopidogrel dalam kombinasi asetosal dosis rendah digunakan untuk sindrom koroner akut tanpa elevasi segmen ST.

2. β blocker

Golongan obat ini menghambat adrenoseptor β (β blocker) menghambat adrenoreseptor β di jantung pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas dan hati. Penggunaan β blocker pada anak masih sangat terbatas.

Saat ini tersedia banyak β bloker yang pada umumnya menunjukkan efektifitas yang sama. Namun terdapat perbedaan diantara berbagai β bloker yang akan mempengaruhi pilihan dalam mengobati penyakit atau pasien tertentu. Aktifitas simpatomimetik intrinsik menunjukkan kapasitas β bloker untuk merangsang maupun memblok reseptor adrenergik.

Metoprolol memiliki efek yang kurang efektif pada reseptor β 2 atau bronkial, karena itu relatif kardioselektif tetapi tidak kardiospesifik. Β bloker tersebut lebih sedikit menimbulkan resistensi saluran nafas (Anonima, 2008).

F. EVALUASI TERAPI TERPILIH

Secara keseluruhan tujuan penanganan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan kematian. Adapun pendekatan umum yang digunakan untuk terapi hipertnsi terbagi menjadi 2, yaitu :

v Terapi non farmakologi

Penderita ACS (Acute Coronary Syndrome) sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup, termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat badan, melakukan diet makanan yang diambil DASH ( Dietary Appraches to Stop hypertension ), mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 gram /hari ( 6 gram/ hari NaCl ), melakukan aktivitas fisik seperti aerobik(Sukandar, 2008).

v Terapi farmakologi

Terapi obat yang diberikan untuk terapi pasien Acute Coronary Syndrome dapat diberikan:

1. Clopidogrel

I : Menurunkan kejadian atherosklerosis (infark miokard, stroke, penyakit perifer, sindrom koroner akut).

D : 75 mg 1x sehari dengan atau tanpa makanan. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien lansia atau dengan kelainan fungsi ginjal. Tetapi dalam kasus ini kita menggunakan dosis intravena dengan dosis 300 mg loading dose pada hari ke 1 diikuti dengan dosis maintanance 75 mg p.o pada hari ke 2 sampai hari ke 6 , selama Bapak Na dirawat dirumah sakit karena rumah sakit tidak mempunyai sarana PCI, selain itu alasan menggunakan i.v karena adanya tenaga ahli yang kompeten untuk melakukan injeksi intavena, sedangkan rekomendasi pengobatan yang harus diberikan untuk bapak Na pada saat dirumah yaitu klopidogrel 75 mg 1x sehari selama 6 bulan.

KI : Hipersensitivitas, perdarahan aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan intracarnial, gangguan hati berat dan gangguan ginjal berat.

ES : Dispepsia, nyeri perut, diare, pendarahan, konstipasi, sindrom Steven Johnson.

IO : Aspirin, AINS, warfarin dan fenitoin. Karena eftifibatid menghambat agregasi platelet, penggunaan harus hati-hati dengan obat lain yang mempengaruhi hemostatis, termasuk antikoagulan oral, larutan dekstran, adehosin, sulfinpirazon, prostasiklin.

K/H: Tablet salut selaput 75 mg x 3 x 10 (Rp 375.000,00/box) (Anonimb , 2008).

2. Metoprolol

I : Hipertensi, aritmia, angina, profilaksis migrain, tirotoksikosis.

D : umumnya dosis oral untuk hipertensi awalnya 50 mg sehari, penunjang 50-100 mg sehari dalam 1-2 dosis terbagi. Tetapi dalam kasus ini kita menggunakan 25-50 mg, 1-2 jam, selama 60 menit. Sedangkan untuk dosis maintenance DO: 100-120 mg/hari dengan dosis tunggal pagi atau terbagi dalam 2 dosis (pagi dan malam). Bisa juga digunakan injeksi intravena 5 mg yang diulangi setiap 5 menit dengan total dosis 15 mg. Tetapi dalam kasus ini kita menggunakan rekomendasi terapi Bapak Na selama dirumah sakit menggunakan dosis 5 mg i.v setiap 5 menit sebanyak 3 x dan diikuti dengan dosis maintenence 25 mg p.o setiap 1 jam selama 6 jam. Sedangkan rekomendasi pengobatan pada saat Bapak Na keluar dari rumah sakit adalah metoprolol dengan dosis 100 mg perhari 1x sehari pada pagi hari selama 6 bulan (Dipiro, 2000).

KI : Astma, gagal jantung yang tak terkendali, bradikardia, hipotensi, sindrom penyakit sinus, blok AV derajat 2 atau 3, Syok kardiogenik; feokromasitoma.arang ruam kulit dan mata kering.

ES : Bradikardia, gagal jantung, hipotensi, gangguan konduksi, bronkospasme, vasokonstriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur, eksaserbasi psoriasis.

IO : Chatekolamin-dephleting drugs, β blocker lain, Ca antagonis, obat antiaritmia kelas I, profafenon, nitrogliserin, obat anastesi inhalasi, prazosin, digitalis, obat simpatomimatik NSAID, klonidin, insulin, OHO, lidocain dan alkohol.

K/H: Tablet salut selaput 100 mg x 5 x 10 (Rp 486.751) (Anonimb , 2008).

v Monitoring

1. Monitoring subjektif

Menjaga tekanan darah arteri dibawah 140/90 mmHg guna mencegah terjadinya hipertensi, dilakukan evaluasi gejala yang timbul seperti nyeri dada dibagian tengah.

2. Monitoring objektif

Tekanan darah ambulatory dapat digunakan efektif untuk pengontrolan 24 jam. Pembacaaan sebaiknya dilakukan 2-4 minggu setelah terapi awal atau perubahan terapi. Selain itu juga harus dilihat heart rate yaitu antara 60-80

v Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pasien

1. Klopidogrel

rekomendasi pengobatan yang harus diberikan untuk bapak Na pada saat dirumah yaitu klopidogrel 75 mg 1x sehari selama 6 bulan. Bisa sebelum atau sesudah makan.

2. Metoprolol

rekomendasi pengobatan pada saat Bapak Na keluar dari rumah sakit adalah metoprolol dengan dosis 100 mg perhari 1x sehari pada pagi hari selama 6 bulan. Dan biasanya diminum pada hari karena metoprolol memiliki efek samping gangguan tidur.

3. Untuk mencegah terjadinya hipertensi pasien diharuskan melakukan diet garam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar