Kamis, 10 Juni 2010

A. KASUS

Ny. WJ (32th,53kg) mengalami bengkak dikaki kirinya yang semakin membesar dan terasa kaku disertai dema. Pasien baru saja melahirkan (3 hari yang lalu) dan selama kehamilannya pasien mengalami varises dikedua kakinya. Pemeriksaan USG menunjukkan bahwa pasien mengalami DVT.

B. TUJUAN PENATALAKSANAAN TERAPI KASUS

Mahasiswa mampu melakukan seleksi terapi obat rasional berdasarkan kondisi pasien pada penyakit DVT, serta monitoring terapi dan konselingnya sesuai perkembangan bidang kesehatan dan kefarmasian terkini.

C. DESKRIPSI DAN ANALISIS KASUS

a. Subyektif

Bengkak dikaki kirinya dan terasa kaku, demam, selama hamil mengalami varises dikedua kakinya

b. Obyektif

Pemeriksaan fisik :

Tekanan darah : 135/100 (normal 120/80)

HR : 105x per menit

RR : 24 x per menit

Temperatur : 38,5 °C

Pemeriksaan laboratorium:

Hct : 39 % (normal 40-42%)

PT : 18 sec (12-15 sec)

aPTT : 21,5 sec

GDP : 115 mg/dl (DM jika ³ 126mg/dl)

PC : 280.000 /mm3

INR : 2 (normal 2,0-3,0)

ESR : 15 mm/jam

Kolesterol : 178 mg/100ml

c. Assesment

DVT (Deep Vena Tromboemboli)

d. Plan

Menggunakan Enoxaparin (golongan Heparin bobot molekul rendah)

Dosis 1,5 mg/kg BB selama 24 jam BB: 53 kg

Dosis ny. WJ = 1,5 mg/kg x 53 kg = 79,5 mg/ 53 kg

D. PEMILIHAN TERAPI RASIONAL

a. Terapi farmakologi

Pada kasus ini terapi menggunakan Enoxaparin golongan bobot moleluk rendah yang mekanisme meningkatkan dan mempercepat aktivitas antitrombin dan mencegah pertumbuhan dan propagasi untuk pembentukan trombin. Dan pada kasus ini,kelebihan obat golongan heparin bobot molekul rendah adalah tidak dapat menembus placenta, sehingga tidak berbaya bagi pertumbuhan bayi.
b. Terapi non-farmakologi

Terapi non-farmakologi pada pasien ini adalah dengan

* Banyak dilakukan mobilisasi (pasca operasi, bedrest dll)

* Jika duduk lama: tiap 2-3 jam berdiri & jalan

* Menggerakkan kaki sambil duduk

* Minum air putih(jangan alkohol & cafein)

* Olah raga teratur

* Jaga BB ideal

* Tidak merokok

* Pembedahan.

E. EVALUASI TERAPI FARMAKOLOGI

Nama obat = LOVENOX

Komposisi = Enoxaparin Na

Indikasi = Profilaksis gangguan tromboemboli vena terutama pada bedah ortopedi atau bedah umum pada pasien beresiko tinggi. Mencegah trombosis pada sirkulasi ekstrakorporal selama hemodialisa. Profilaksis penyakit tromboemboli vena pada pasien yang harus berbaring terus ditempat tidur, dengan faktor resiko sedang sampai tinggi.

Dosis = Mencegah tromboemboli sehari 20mg SK pada pasien dengan resiko sedang dan 40mg/hr pada resiko tinggi. Pada bedah umum suntikan awal diberikan 2 jam sebelum operasi. Pada bedah ortopedi suntuikan awal harus diberikan 12 jam sebelum operasi. Lanjutkan pengobatan 7-10hr setelah operasi. Terapi trombosis vena dalam 1mg/kg BB SK 2x/hr. Profilaksis pada pasien yang harus berbaring terus ditempat tidur 4000 anti-Xa/0,4 ml 1x/hr secara injeksi SK selama 6-14hr.

Kontra Indikasi = Riwayat trombositopenia selama terapi dengan enoxaparin. Kecenderungan pendarahan, lesi organik yang cenderung berdarah, endokarditis bakterial akut, gangguan pembekuan darah mayor, stroke, ulkus GI akut.

Peringatan = gangguan fungsi ginjal atau hati, hipertensi arterial yang tak terkontrol, riwayat tukak GI, kehamilan, laktasi, penyakit vaskuler pada koroid dan retina, pasca operasi otak dan tulang belakang. Riwayat trombositopenia dengan terapi heparin. Jangan diberikan secara IM.

Efek samping = Gejala pendarahan, trombositopenia, hematoma dan nekrosis kulit pada tempat suntikan. Alergi pada kulit, reaksi alergi sistemik.

Interaksi obat = Meningkatkan resiko pendarahan : AINS, tiklopidin, kortikosteroid, dekstran 40. Meningkatkan efek antikoagulan oral. Menghambat agregasi platelet, antagonis vit.K

Harga obat = Pre-filled syringe 20mg/0,2mL (2000 anti-Xa) x 2

( Rp 150.777), 40mg/0,4mL x 2 ( Rp 266.948). 60mg/0,6 mL (6000 anti-Xa) x 2 ( Rp 381.676)

E. MONITORING

Monitoring subyektif : Monitoring simptom atau gejala yang dapat dirasakan pasien, pada kasus NY. WJ setalah diterapi dengan enoxaparin bengkak yang terdapat pada kaki mulai berkurang.

Monitoring obyektif : Monitoring data pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, data laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain, pada kasus NY.WJ normal.

F. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) PASIEN

Cara penggunaan: diberikan secara iv 1,5mg/kg BB.

Untuk Ny. WJ

Dosis = 1,5mg/kgBB x 53 kg

= 79,5 mg/53kg

G. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008. Iso farmakoterapi. PT.ISFI Penerbitan: Jakarta

Anonim.2008. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi ed. 8. CMP Medika: Jakarta

Dipiro JT, et all., 2006. Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition Appleton and Lange: Newyork

http://emedicine.medscape.com

HIPERTENSI

HIPERTENSI

A. KASUS

Bapak AMD dengan umur 35 tahun memiliki berat badan 50 kg sering mengeluh sakit kepala.

- Dengan riwayat penyakit dahulu sering mengalami asma

- Riwayat pengobatan terakhir : salbuven 4 mg/tab 3x sehari

Data laboratorium

- Cholesterol : 120 (normal 110-200 mg/dl)

- Trigliserida : 140 (normal 30-160 mg/dl)

- GDN : 100 (normal 70-110 mg/dl)

- Kreatinin : 1,0 (normal 0,5- 1,5 mg/dl)

*) keterangan : normal

- TD : 150/95 (normal 120/80 mm Hg)

- Nadi : 125x/menit (normal 60-100 x/menit)

*) keterangan : TD dan Nadi tidak normal

Diagnosa

Hipertensi, tachikardia, riwayat asma pada penderita.

B. TUJUAN PENATALAKSANAAN TERAPI KASUS

Mahasiswa mampu melakukan seleksi terapi obat rasional berdasarkan kondisi pasien pada penyakit hipertensi, serta monitoring terapi dan konselingnya sesuai perkembangan bidang kesehatan dan kefarmasian terkini.

C. DESKRIPSI DAN ANALISIS KASUS

A. Subjektif

Bapak AMD, umur 35 tahun, BB: 50 kg. Keluhan utama : sering sakit kepala. Riwayat penyakit dahulu : penderita asma. Riwayat pengobatan terakhir : salbuven 4mg/tablet 3X sehari.

B. Obyektif

Data laboratorium

- Cholesterol : 120 (normal 110-200 mg/dl)

- Trigliserida : 140 (normal 30-160 mg/dl)

- GDN : 100 (normal 70-110 mg/dl)

- Kreatinin : 1,0 (normal 0,5- 1,5 mg/dl)

*) keterangan : normal

- TD : 150/95 (normal 120/80 mm Hg)

- Nadi : 125x/menit (normal 60-100 x/menit)

*) keterangan : TD dan Nadi tidak normal

D. ALGORITME TERAPI

E. PEMILIHAN TERAPI YANG RASIONAL

Secara keseluruhan tujuan penanganan hipertensi adalh mengurangi morbiditas dan kematian. Adapun pendekatan umum yang digunakan untuk terapi hipertnsi terbagi menjadi 2, yaitu :

v Terapi non farmakologi

- Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup, termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat badan, melakukan diet makanan yang diambil DASH ( Dietary Appraches to Stop hypertension ), mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 gram /hari ( 6 gram/ hari NaCl ), melakukan aktivitas fisik seperti aerobik, mengurangi konsumsi alkohol dan mehentikan kebiasaan merokok.

- Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap I atau II sebaiknya ditempatkan pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara bersamaan (sukandar dkk, 2008).

v Terapi farmakologi

Terapi obat yang diberikan untuk terapi pasien hipertensi dapat diberikan 3 golongan obat hipertensi, yaitu :

1. Diuretik

Dalam hal ini kami lebih memilih obat diuretik golongan tiazid dibandingkan golongan lain karena golongan ini merupakan agen diuretik yang paling kuat untuk menurunkan tekanan darah. Dengan menurunya fungsi ginjal natrium dan cairan akan terakumulasi mak diuretik jerat henle perlu digunakan untuk mengatasi efek dari peningkayan volume dan natrium tersebut dan hal ini akan mempengaruhi takanan darah arteri. Obat yang digunakan yaitu, Hidroklortiazid.

2. ARB (Angiotensin II Reseptor Bloker)

Angiotensin II degenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (ACE) dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT1), reseptor yang memerantai efek angiotensin II (vasokontriksi, pelepsan aldosteron, aktivitas simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstiksi arteriol eferen glomerulus).

3. Penghambat Saluran Kalsium (CCB)

CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polois dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap

A. PEMILIHAN TERAPI RASIONAL

Pemilihan terapi rasional meliputi :

1. Tepat obat : suatu obat dinyatakan tepat obat berdasarkan pertimbangan manfaat dan keamanan obat tersebut.

2. Tepat indikasi : ketepatan pengobatan berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat diberikan pada suatu kasus tertentu.

3. Tepat pasien : dikatakn tepat pasien jika obat tidak berkontraindikasi dengan kondisi pasien dan tidak riwayat alergi.

4. Tepat dosis : penggunaan obat dikatakan tepat dosis jika sesuai dengan standar pengobatan.

5. Waspada efek samping : paham dan mengerti akan efek samping obat.

- SALBUVEN

Berisi : Salbutamol 4mg/tablet; 2mg/5ml sirup. Indikasi: bronkodilator pada asma bronkia, bronkitis kronik dan emfisema. KI: jangan diberikan bersama golongan penghambat beta. DS: dewasa dan anak diatas 12 tahun 3-4X sehari 1 tablet, atau 1-2 sendok takar sirup

- Sedangkan obat yang digunakan untuk hipertensi :

1. ARB (penghambat reseptor Angiotensin II)

2. Diuretik

Dalam penatalaksanaan terapi hipertensi ini kita menggunakan HCT (hidroklortiazid)

3. Ca Channel Blocker

- PREDNISONE

Berisi Prednisone 5mg. IN: pengobatan pada kasus alergi, inflamasi, reumatik, penyakit yang berkaitan dengan kolagen dan kulit. DS: dewasa 1-4 tablet perhari kemudian dukurangi sacara bertahap samapai dosis terendah itu efektif untuk terapi.